kakak Rifyal luthfi

kakak Rifyal luthfi
ini adalah photo kakak pembina kami yang sangat kami cintai di tsanutaz ini,dan dia adalah leadhership yang sangat baik bwt kami,dan ia lah ygbia mepersatukan kami d pramuka ini...

Kakak Malby Abdul Rojak

Kakak  Malby Abdul Rojak
ini adalah photo pembina pendamping kami d MTs. dia jga adalah kakak pembina pendamping yang baik,seru "n" lucu

Kamis, 28 Juli 2011

Pramuka, Bukan Generasi Tepuk Tangan


 EDWARDI 
Wartawan Harian Singgalang

Salam Pramuka! Dunia kepramukaan lebih dari sekedar ajang bertepuk tangan. Pramuka memberikan edukasi dan pembentukan karakter generasi muda. Pramuka menanamkan semangat persaudaraan hakiki. Aktivitas kepanduan itu juga memupuk rasa kebangsaan, sekaligus memperkokoh kesatuan bangsa.
Andalan Cabang Kwartir Pramuka Kabupaten Solok, Jon Afnel Hendri menyebutkan, kegiatan kepramukaan pada dasarnya membentuk watak. “Pramuka jangan diidentikan dengan generasi bertepuk tangan,” kata dia.
Pramuka menanamkan idealisme dan kemandirian pada generasi muda. Semangat pantang menyerah juga digelorakan. “Pramuka akan mewujudkan generasi tangguh dan cinta bangsa,” ujar Jon Afnel.
Harus diakui, kini semangat kebangsaan kian memudar. Sebagian generasi melupakan sejarah. Bahkan, ada yang tak tahu lagi makna simbol-simbol negara yang harus dihormati. Sekelompok anak bangsa hidup dalam kebebasan yang dianggap tanpa batas. Indonesia bagaikan kain terkoyak yang tak tahu dari mana harus disulam. Jangan heran, kini ada generasi muda yang tak lagi hafal Pancasila dan UUD 1945.
Krisis kebangsaan dipicu oleh tiadanya keteladanan. Perilaku sebagian elit di negeri ini, tak mengajarkan generasi muda untuk bersikap ideal. Mereka sibuk memperjuangkan kepentingan dan ambisi golongan yang tak tahu kapan berakhirnya.
Karakter bangsa pudar sudah. Masyarakat mudah main hakim sendiri, idealisme hilang, saling menghujat, tidak percaya dengan kemampuan sendiri, memudarnya rasa bertanggungjawab dan kurang peduli kepada lingkungan sekitar. 
Di sinilah peran strategis kepramukaan dalam konteks kekinian. Menurut Jon Afnel Hendri, kegiatan kepramukaan tidak terlepas dari kedisiplinan, semangat perjuangan dan nilai-nilai patriotisme. Dunia kepanduan medekatkan generasi muda dengan simbol-simbol negara yang merupakan modal dalam menanamkan jiwa kebangsaan.
Pramuka menggali nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat. Generasi muda diajarkan gotong royong, saling menghormati perbedaan, toleransi dan prinsip universal lainnya.
Pramuka memiliki peran strategis dalam memperkokoh persatuan. Pramuka ada di Gugus Depan sekolah hingga perguruan tinggi. Artinya, dari unit terkecil itu bisa hadir untuk Indonesia. 
Pramuka memiliki cara tersendiri dalam mewujudkan pesatuan dan kejayaan bangsa. Jambore tingkat nasional menjadi buktinya. Jambore mempertemukan anak Kabupaten Solok dengan remaja Papua. Kegiatan itu pula yang mempertemukan berbagai macam etnis lain di Indonesia. Pramuka bersatu dan memiliki semangat yang sama tanpa melihat perbedaan.
Jambore bukan sekedar mempertemukan generasi muda. Tapi, membuka kesem patan berinteraksi, sekaligus saling mengenal kebudayaan. Sebuah pertemuan yang tak mungkin terwujud tanpa dilandasi satu cita-cita.
Pada Jambore Nasional IX di Bumi Perkemahan Danau Teluk Gelam, Ogan Komering Ilir yang berlangsung 2-9 Juli 2011, menurut Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Azrul Azwar diikuti 33 Kwartir Daerah di Indonesia. Peserta mencapai 20 ribu orang. Ditambah lagi peserta luar negeri sekitar 200 dari Malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura.
Jambore berarti miniatur Indonesia yang dikemas dalam seragam cokelat. Tentunya sebuah pertemuan yang sarat makna. “Senang bisa bertemu dengan teman-teman dari luar provinsi,” kata Ilham Dharma, peserta jambore asal Kabupaten Solok.
Ilham menyadari betapa luasnya dan beragamnya kebudayaan di Indonesia. Dia bangga bisa mengikuti jambore dan tak sia-sia mengikuti kegiatan pramuka. Pengalaman paling berharga yang ia rasakan, bisa saling berbagi sesama anak negeri yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Hal senada dikemukakan, Yohana, pelajar SMP II Lembang Jaya, Kabupaten Solok. 
“Kita bersatu dan belajar bersama demi Indonesia,” kata dia. Bagi dia, kegiatan pramuka bukan sekedar tepuk tangan atau baris-berbaris. Tapi, bisa saling mengenal tentang Indonesia yang sesungguhnya. Heterogennya penduduk negeri ini, bertemu di sebuah bumi perkemahan. 
Menurut Yohana, perbedaan menghasilkan persamaan dan tekad bersama untuk berbuat bagi bangsa di masa depan. Pramuka wadah positif dalam membina generasi muda, di tengah derasnya arus perubahan dan globalisasi. 
Ketika membuka Jambore Nasional IX, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta gerakan pramuka menjadi pelindung bagi kaum muda dari aksi kekerasan, radikalisme, terorisme serta penyalahgunaan narkoba.
Menurut SBY, seperti diwartakan detikcom, jambore dilaksanakan guna mewujudkan warga bangsa yang berkepribadian, berwatak serta memiliki jiwa bela negara. 

Hidupkan Lagi Pramuka
Pascareformasi, insan pramuka di Indonesia bersedih. Pramuka dianggap warisan Orde Baru. Segala macam produk Orde Baru dianggap kurang baik. Alam reformasi menasbihkan diri paling baik dan ingin meninggalkan nilai-nilai positif dari periode politik sebelumnya. 
Akibat pemikiran itu, pramuka nyaris mengalami mati suri. Bahkan, sebagaimana dikatakan Presiden SBY di Ogan Komering Ilir, lima tahun lalu dia harus mencanangkan revitalisasi gerakan pramuka.
Dalam pandangan Presiden, kegiatan kepramukaan kian mengembirakan. “Hasil revitalisasi kita rasakan dewasa ini,” ujar SBY yang dilansir detikcom.
Namun, bagi Andalan Cabang Pramuka Kabupaten Solok, Jon Afnel Hendri, kegiatan kepramukaan mesti ditingkatkan dan diperhatikan. Menurut dia, belakangan minat menekuni kegiatan kepramukaan pada beberapa daerah justru mengalami penurunan. 
Dia mengemukakan indikatornya. “Minat menekuni pramuka kian berkurang,” katanya. Jon Afnel menduga, kegiatan dianggap kurang menarik dan tidak menantang. Diakui, kegiatan pramuka terbilang monoton. Tanpa pembaharuan yang berarti. 
Indonesia kini memiliki Undang-undang No.12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Salah satu amanat undang-undang tersebut, semua tingkatan pemerintahan harus memfasilitasi dan memberikan dukungan terhadap pramuka. 
Seperti diwartakan pramuka.net, momen membahagiakan bagi perjalanan kepramukaan Indonesia, disetujuinya Rancangan Undang-Undang (RUU) Gerakan Pramuka menjadi Undang-Undang dalam sidang Paripurna DPR, 20 Oktober 2010. 
Usai disahkan, sosialisasi digencarkan. Bahkan, Wakil Presiden Budiono atau Mennegpora Andi Malarrangeng, Mendagri Gamawan Fauzi, dan Menteri Pendidikan Nasional M Nuh kerap menyosialisasikan undang-undang tersebut.
Menurut Andi Malarrangeng, UU menjadikan pramuka di Indonesia memiliki payung hukum dan lebih bergairah dalam melakukan semua kegiatan. Pramuka Indonesia harus bisa menjadi bagian penting dari pramuka dunia.
Hal itu menandakan pemerintah memiliki perhatian besar terhadap gerakan pramuka. Perhatian di tataran pemerintah pusat, belum tentu berjalan linear dengan pemerintahan di daerah. 
Belajar dari pengalaman selama ini, Indonesia banyak memiliki undang-undang. Namun, efektivitas pelaksanaan di daerah perlu dipertanyakan. Sejatinya, berjalan atau gerakan pramuka berada di tangan pemerintah daerah. 
Harusnya, menggelorakan gerakan pramuka berada di daerah. Jujur diakui, minimnya minat generasi muda di daerah mengikuti kegiatan kepramukaan, karena minim iven. Nyaris tak ada jambore tingkat kabupaten, apalagi tingkat kecamatan. Kalaupun ada, siswa berseragam pramuka, kerap digunakan sebagai pelangkap sebuah acara. Bahkan, peringatan Hari Pramuka tiap 14 Agustus nyaris luput dari perhatian.
Memanfaatkan momentum setengah abad gerakan pramuka, perlu upaya nyata menghidupkannya kembali di daerah. Kepala daerah harus memberikan perhatian memadai dalam penetapan prioritas pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda.
Urgensinya mengaktifkan kepramukaan di daerah, bisa diselaraskan dengan pendidikan karakter. Kementerian Pendidikan Nasional, belakangan gencar melaksanakan pendidikan karakter sebagai upaya penyelamatan atas lunturnya integritas berbangsa dan membangun kepribadian. Pendidikan karakter dilaksanakan dengan jalan memberikan keteladanan. Sementara kepramukaan merupakan wadah membentuk karakter melalui kegiatan nyata. 
Jon Afnel berpendapat, saatnya diubah cara pandang terhadap pramuka. Perubahan itu perlu, sebab anak didik ikut pramuka tidak terlepas dari peranan orangtua. Jika orangtua tidak mengizinkan, secara otomatis pelajar juga enggan mengikutinya.
Pramuka harus ditempatkan sebagai bagian penting dalam proses pendidikan. Ikut pramuka, bukan berarti hura-hura atau berkemah semata. “Semua pihak harus memandang pramuka dengan kerangka pendidikan,” katanya.
Aktif di kegiatan pramuka, bukan berarti membuang waktu. Melainkan menjauhkan generasi muda dari hal-hal negatif. Kini, tinggal kebijakan di daerah dalam memasyarakatkan pramuka, demi hari esok yang lebih baik. 
Masa depan negeri ini ditentukan generasi sekarang. Pramuka menjadi bagian penting dalam menentukan masa depan itu. Kegiatan kepramukaan terbukti menanamkan semangat kebangsaan dan menjadi perekat dalam perbedaan. 
“Tepuk Pramuka.”
“Prok...Prok...Prok...”
Jayalah Pramuka Indonesia. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar